Teori
Motivasi Kerja & Aplikasinya Dalam Kehidupan ERG oleh Clayton Alderfer
Dr.
Clayton Paul Alderfer ABPP (1940) adalah Amerika psikolog, pembicara, penulis,
pengusaha, konsultan dan sarjana. Sang psikolog ini kemudian menjadi semakin
terkenal dengan teori ERG nya. Titik awal dalam pengembangan teori ERG ini
dimulai dengan mengembangkan teori ini Hirarki kebutuhan Maslow. Penelitian
empiris untuk membentuk teori ERG ini dilakukan sejak tahun 1966 sampai 1989.
Pada
1962, Alderfer mendapatkan gelar sarjana secara cum laude dari Universitas Yale
di Amerika Serikat. Pada tahun 1966, ia memperoleh gelar Ph.D., juga dari
Universitas Yale. Pada tahun 1975 Clayton Alderfer menerima ijazah di bidang
psikologi.
Setelah
dia menyelesaikan studinya, Clayton Alderfer bergabung Cornell University
sebentar (1966-1968). Kemudian ia bergabung dengan Universitas Yale di mana ia
menjadi anggota Fakultas selama 24 tahun (1968-1992). Di sini, ia berperan
sebagai dosen, peneliti dan Direktur Program. Selama bertahun-tahun ia
melakukan penelitian empiris tentang tiga kebutuhan manusia, yaitu: kebutuhan
bertahan hidup, kebutuhan untuk hidup sosial dan kebutuhan untuk tumbuh
berkembang. Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth) oleh Clayton Alderfer
menjadi pembahasan banyak buku manajemen hingga saat ini.
Setelah
tahun 1992, Clayton Alderfer bergabung Rutgers, sebuah universitas di New
Jersey di Amerika Serikat. Selama dua belas tahun ia menjabat sebagai Direktur
akademik dan memainkan peran penting dalam Fakultas tempat dia bekerja. Clayton
Alderfer akhirnya bekerja sebagai konsultan dan mendirikan firma konsultasi
sendiri: Alderfer and Associates. Konsultan milik Alderfer ini menyewakan jasa
untuk organisasi maupun pribadi, profit, non-profit maupun sektor publik.
Lahirnya Teori Motivasi ERG besutan Alderfer
Teori
motivasi kerja dari Abraham Maslow menyatakan bahwa ada 5 kebutuhan manusia yang berbentuk
hierarki. Antara lain, kebutuhan kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial,
penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Menurut Maslow, setiap manusia
pemunuhan ini berjenjang dari hierarki paling bawah ke paling atas.
Menariknya,
Alderfer mencoba melihatnya dari perspektif kebudayaan, wilayah geografis dan
juga perbedaan individu. Clayton Alderfer kemudian meringkas teori Maslow ini
menjadi 3 hierarki kebutuhan, yaitu kebutuhan bertahan hidup (Existence),
kebutuhan diakui lingkungan (Relatedness), dan kebutuhan pengembangan diri
(Growth), yang dikenal juga menjadi teori ERG.
Alderfer
menggabungkan kebutuhan fisiologis dan rasa aman kedalam kebutuhan bertahan
hidup versinya. Dia memasukan kebutuhan akan cinta/pertemanan dan penghargaan
diri secara internal ke dalam kebutuhan sosial versinya. Terakhir dia memasukan
kebuthan penghargaan diri secara eksternal dan aktualisasi diri ke dalam kolom
kebutuhan pengembangan diri versi ERP.
Kaitan
hierarki kebutuhan maslow dengan teori ERG
1. Motivasi Karena Kebutuhan Existence (Kebutuhan bertahan
hidup)
Seorang
manusia perlu untuk memenuhi kebutuhan minimalnya dalam bertahan hidup.
Kebutuhan dasar yang diperlukan adalah kebutuhan untuk ada (hidup) dan agar
tetap ada. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi maka seseorang akan sangat stres
hanya untuk sekedar hidup. Kebutuhan bertahan hidup diantaranya harus
dipenuhiny akebutuhan untuk makan, minum, udara, pakaian, tempat tinggal, rasa
aman dan semacamnya.
2. Motivasi Karena Kebutuhan Relatedness (Kebutuhan Sosial)
Manusia
juga memiliki kebutuhan untuk merasa sama dengan lingkungan sekitarnya. Atau jikapun
ada ketidaksamaan, minimal seorang manusia membutuhkan pengakuan dan dianggap
sebagai bagian dari lingkungannya. Jika pengakuan dari sekitar tidak didapat
dari lingkugan terdekat, maka otomatis manusia akan mencarinya di lingkungan
yang lain.
Seorang
anak remaja punk metal rock yang merasa tidak diakui dan tidak sama dengan
keluarganya biasanya akan mencari orang yang memiliki atribut yang sama untuk
kemudian bergabung dengan mereka. Ini jugalah yang bisa menjadi salah satu
penjelas dari munculnya trend. Sekali “anak beken di SMA” memakai baju jangkis,
maka anak-anak yang lain yang ingin diterima dan dianggap sama dengan “si
beken” akan sama-sama menjahit baju sekolahnya menjadi baju jangkis.
Rasa
diakui dan diterima lingkungan ini dibutuhkan oleh pribadi dalam masyarakat,
ataupun pekerja di tempat kerjanya. Jika kebutuhan ini dirasa tidak dipenuhi,
maka orang cenderung untuk menarik diri dan bergerak ke arah lingkungan yang
memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Motivasi Karena Kebutuhan Growth (Kebuthan Perkembangan
Diri)
Ketika
kedua kebutuhan di awal sudah terpenuhi, maka orang punya kecenderungan untuk
mengaktualisasikan dirinya. Aktualisasi diri ini tentu membutuhkan suatu ruang
berkembang khusus. Disini kreatifitas dan pengambilan keputusan dari diri
sendiri sangat dihargai.
Di
tempat kerja, tidak selamanya gaji yang besar membuat orang puas bekerja. Orang
cenderung untuk puas dalam bekerja ketika dia dihargai oleh lingkungannya dalam
bekerja. Selain itu si pemberi kerja mau menghargai kesempatan pengembangan
diri tersebut.
Suatu
hari, seorang pekerja ditawari oleh perusahaan lain untuk pindah dengan gaji
nyaris dua kali dari tempat yang sekarang. Sang pekerja ternyata memilih untuk
tetap tinggal di tempat yang lama. Ketika ditelisik, ternyata alasan dia tidak
pindah bukanlah karena alasan gaji. Tidak ada tawaran naik gaji dari tempat
yang sekarang. Ternyata yang ditawarkan oleh tempat lama adalah, suatu posisi
dimana si pekerja diberikan otoritas lebih besar. Itu saja ternyata kadang
cukup membuat orang loyal.
Prioritas
kebutuhan diantara E,R, dan G berbeda antar satu individu dengan individu
lainnya. Ada individu yang masih berkutat di E. ada juga individu yang ternyata
sudah tidak memikirkan E dan R lagi, tapi terus menerut G yang dipikirkan.
Perbedaan tahapan ini unik dan berbeda antar individu.
Hubungan Antar Kebutuhan Dalam Konsep Teori Motivasi Kerja
ERG
Lalu
seperti apakah gambaran hubungan antar teori Alderfer. Apakah sesimpel
penjelasan bagan Maslow, yang diartikan banyak orang sebagai bagan berbentuk
segitiga? Ataukah ada penjelasan khusus antara ketiga kebutuhan ERG ini? Mari
kita simak gambar berikut:
Hubungan
antar bagian dalam ERG
Dalam
bagan hierarki kebutuhan Maslow, antar kebutuhan itu bergerak linier. Ketika
satu kebutuhan di dasar terpenuhi, maka orang akan mencari dan termotivasi
untuk memenuhi kebutuhan di atasnya. Untuk naik hirarki, maka hirarki yang
bawahnya harus dipenuhi sepenuhnya terlebih dahulu. Dalam teori ERG Alderfer
tidak selalu begitu. Misalnya, orang mulai mempertimbangkan untuk memenuhi
kebutuhan Relatedness nya. Hal ini tidak menunjukan kebutuhan Existence nya
sudah terpenuhi semuanya.
Pola Pergerakan Regresi, Menghasilkan Frustasi
Apabila
satu kebutuhan di atas tidak terpenuhi, maka orang cenderung frustasi. Dengan
frustasinya, ia kemudian menurunkan tingkat kebutuhannya ke tingkat yang lebih
mudah untuk dipenuhi. Jika seseorang berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang
tinggi dan gagal berkali-kali mencapainya, maka ia kembali ke tingkat yang
lebih rendah dan menggunakan tingkat yang di bawahnya sebagai motivasi.
Misalnya,
jika seseorang berusaha untuk memenuhi kebutuhan perkembangan diri, namun
berkali-kali gagal mewujudkannya, maka ia akan menjadi frustasi. Seseorang
pegawai yang berkali-kali berusaha mengaktualisasikan dirinya di tempat kerja
namun tidak mendapat ruang berkreasi, maka besar kemungkinan akan jatuh pada
frustasi.
Ketika
rasa frustasi ini menumpuk terus dan dirasa sulit untuk dicapai kebutuhan untuk
aktualisasi dirinya, maka seseorang akan menurunkan ekspektasinya. Si pekerja
yang gagal aktualisasi diri itu kemudian akan menjadikan kebutuhan sosial
sebagai faktor yang memotivasi dirinya.
Pola Pergerakan Progresif, Menghasilkan Kepuasan
Vice
Versa, begitu pula kebalikannya, jika seseorang sudah berhasil memenuhi atau
sebagian memenuhi kepuasan di tingkat bawah maka ia akan tidak bisa menjadikan
faktor tersebut sebagai bahan motivasi. Seorang pekerja yang dipenuhi kebutuhan
bertahan hidupnya, tidak akan menjadi termotivasi dengan gaji, jaminan
kesehatan, dan yang semacamnya.
Bagi
orang seperti itu, yang menjadi faktor yang memotivasi adalah yang ada di
tingkatan di atasnya. Misal, bagi si pekerja yang sudah terpenuhi kebutuhan
bertahan hidupnya, maka yang bisa memotivasi kerjanya antara lain misalnya
pemenuhan kebutuhan sosial. Katakanlah pekerja seperti itu akan termotivasi
ketika rekan sekerjanya kompak, dan lain semacamnya.
Setidaknya ada tiga perbedaan
dalam teori motivasi Alderfer dengan teori milik Maslow, antara lain:
Dalam teori motivasi Alderfer, kebutuhan yang di bawah
tidak harus terpenuhi
Orang tidak perlu harus dipenuhi
kebutuhan di bawahnya. Orang tetap bisa mencapai kepuasan di tingkat kebutuhan
yang atas, meskipun kebutuhan di bawahnya belum terpenuhi sepenuhnya. Sedangkan
kalau menurut Maslow, seseorang harus benar-benar terpenuhi dulu kebutuhan di
bawahnya baru bergerak ke kebutuhan lainnya.
Jika gagal memenuhi kebutuhan yang diatas, orang akan
menjadi “rasional”
Ketika misalnya seseorang gagal
berkali-kali memenuhi kebutuhan yang ada di atas, maka akan muncul frustasi.
Frustasi yang berkelanjutan ini lah yang membuat seseorang kembali lebih
konkret dalam memilih faktor yang memotivasi. Ia akan kembali ke kebutuhan yang
ada dibawahnya yang lebih mungkin untuk ia capai.
Bagan kebutuhan dalam teori Alderfer berbeda antara
satu individu dengan individu lainnya
Alderfer menggambarkan bahwa
kebutuhan satu orang dan orang lain berbeda. Perbedaan kondisi dan pribadi satu
sama lain itu lebih menyebabkan satu orang dengan orang lain memandang motivasi
secara berbeda. Orang di Afrika akan lebih banyak termotivasi dengan kebutuhan
bertahan hidup, sedangkan orang di Skandinavia termotivasi misalnya untuk
memenuhi kebutuhan aktualisasi diri.
Aplikasi Situasi kerja Berdasar Teori Motivasi ERG
Para manajer di tempat kerja
harus mengenali kebutuhan para karyawan nya. Dalam toeri ERG, fokus hanya satu
aspek kebutuhan tidak akan berhasil memotivasi pegawai anda. Pemberi kerja
harus memahami konsep Progresif dan Regresi dalam motivasi kerja. Misalnya,
jika peluang untuk tumbuh tidak diberikan kepada karyawan, mereka mungkin menurunkan
kebutuhannya, dan memilih untuk lebih bersosialisasi dengan rekan kerjanya.
Jika Anda dapat mengenali kondisi seperti ini, maka ambilah langkah yang tepat
agar pegawai tidak frustasi dan kemudian berjuang untuk bertumbuh kembali.
Implikasi untuk insentif keuangan dalam Alderfer’s ERG model
Implikasi untuk insentif keuangan dalam Alderfer’s ERG model
Kaitan Insetif Uang dengan Teori Motivasi ERG
Insentif keuangan memang dapat
memenuhi kebutuhan dan kepuasan tertentu. Namun seperti yang Anda lihat,
insentif keuangan hanya dapat memenuhi kebutuhan manusia secara tidak langsung.
Uang menjadi tujuan antara jika kita melihat dari teori ini. Jadi meskipun Anda
dapat memberikan insentif keuangan tapi anda gagal memetakan kebutuhan yang
sebenarnya, maka menurut Alderfer pekerja anda tidak akan termotivasi.